Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) semakin diperhitungkan dalam upaya pembangunan nasional. Bukan hanya sebagai pusat investasi, namun juga diarahkan untuk memperkuat industri hilirisasi bagi pertumbuhan daya saing global. Menurut Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK, pengembangan KEK sejalan dengan RPJMN 2025–2029 dan visi Indonesia Emas 2045. Realisasi investasi di KEK hingga semester pertama 2025 mencapai Rp 294,4 triliun dengan tambahan Rp 40,48 triliun. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga terus meningkat, mencapai 28.094 orang atau 56,4 persen dari target tahunan.
Sorotan khusus pada KEK Gresik yang memiliki pabrik smelter tembaga terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia yang juga menghasilkan emas. Di sisi lain, KEK Kendal menyediakan pabrik anoda baterai berkapasitas besar untuk mendukung produksi mobil listrik. KEK Sei Mangkei juga mencatat investasi dan ekspor yang signifikan pada tahun 2024.
Selain pengembangan industri, KEK juga dijadikan pusat pendidikan. Contohnya KEK Singhasari yang bekerja sama dengan King’s College London dan KEK Nongsa yang menarik investasi untuk pusat data. KEK Industropolis Batang juga menarik investasi besar melalui skema Two Countries Twin Parks Indonesia–Tiongkok.
Pentingnya sektor kesehatan juga ditekankan dalam pengembangan KEK. KEK Sanur menciptakan rumah sakit internasional dengan investasi besar untuk menyediakan layanan kesehatan berkualitas di dalam negeri. Acara penting lain yang dipersiapkan adalah forum Indonesia Special Economic Zone Investment Summit and Awards (SEZ-ISA) 2025 yang diharapkan memperkuat kolaborasi dan menarik investasi baru. Langkah-langkah ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global.