Naturalisasi pemain sepak bola telah menjadi strategi umum bagi federasi sepak bola di berbagai negara untuk memperkuat tim nasional mereka dan PSSI bukan pengecualian. Salah satu pemain yang sedang menjalani proses naturalisasi adalah Emilio Audero Mulyadi, seorang kiper dengan keturunan Indonesia. Namun, proses naturalisasi Audero tidak terlepas dari kontroversi, mengingat responsnya yang sebelumnya dianggap “jual mahal” saat ditawari kesempatan membela Timnas Indonesia.
Naturalisasi pemain sering kali memunculkan dilema antara nasionalisme dan pragmatisme, di mana pemain memiliki kebebasan untuk memilih negara yang ingin mereka bela berdasarkan karier, peluang bermain di level internasional, atau faktor pribadi lain. Dalam kasus Audero, ketidakpastiannya untuk bergabung dengan Timnas Indonesia di masa lalu telah meragukan komitmennya saat ini.
Dengan rekam jejaknya yang solid di liga Italia, kehadiran Audero di skuad Timnas Indonesia diharapkan dapat memberikan peningkatan di posisi kiper. Namun, pertanyaannya adalah apakah naturalisasi ini didasari oleh kebanggaan untuk membela Merah Putih atau hanya langkah pragmatis di penghujung kariernya.
Aspek teknis juga perlu dipertimbangkan dalam proses naturalisasi, di mana kehadiran Audero diharapkan bisa menjadi pesaing bagi kiper utama Maarten Paes. Namun, posisi kiper dalam sepak bola modern menuntut konsistensi, sehingga perlu dipertimbangkan apakah pengembangan kiper lokal lebih diperlukan daripada mengandalkan kiper naturalisasi.
Tidak hanya aspek teknis, tetapi juga aspek moral perlu dipertimbangkan dalam proses naturalisasi. PSSI harus memastikan bahwa semua proses dilakukan secara transparan dan pemain yang dinaturalisasi memiliki komitmen jangka panjang untuk membela Timnas Indonesia. Keputusan naturalisasi harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, di mana identitas dan kebanggaan nasional dalam sepak bola tidak bisa dibeli melainkan harus ditanam sejak dini.