PAGI pagi, Senin (18/11/2024) saya dapat kiriman link artikel Ust. Anwar Djaelani, sosok senior yang produktif menulis. Ia mengirim data bahwa setiap orang menghabiskan 6,05 jam bermain handphone setiap harinya di tahun 2023. Pertanyaannya, bagaimana cara mendidik kaum muda yang gandrung HP?
Apalagi mereka membuka HP dan yang ditonton kebanyakan adalah konten hiburan. Apa yang sedang terjadi pada sebagian kaum muda kita?
Mereka pasti akan mengalami gangguan mental, sulit konsentrasi, mudah depresi dan cemas.
Sebagaimana umum kita ketahui, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu perasaan iri, kesepian, dan rendah diri, yang dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Seperempat Hari
Ust. Anwar Djaelani menulis, “Lihatlah perilaku di sekitar kita, misalnya. Di meja makan, ada yang masih memegang HP. Saat bertamu, masih sempat menengok HP. Bahkan, sesaat setelah mengakhiri shalat dengan salam, membuka HP untuk sesuatu yang tak ada hubungan langsung dengan ibadah.
Sekali lagi, lihatlah hasil penelitian itu, sehari enam jam ber-HP. Sementara, waktu yang dipinjamkan Allah kepada kita dalam sehari 24 jam. Artinya, 25% hidup kita habis bersama HP.”
Bisa kita bayangkan, bagaimana kalau 6,0 jam itu terus dilakukan setiap hari, hingga 1 bulan, 6 bulan, bahkan 1 tahun, berapa waktu yang terbuang.
Terobosan
Menghadapi kaum muda yang seperti itu kita tidak bisa mendidik atau berdakwah dengan pola lama, perlu cara-cara baru.
Anak muda itu perlu kita ajak menjadi produsen konten (konten kreator) daripada penikmat konten. Langkah ini paling “memaksa” kesadaran kaum muda.
Saya katakan paling “memaksa” karena kaum muda harus mengaktifkan indera dan akalnya.
Untuk menghasilkan konten yang berkualitas, seorang kreator harus melakukan riset yang mendalam tentang topik yang akan dibahas. Hal ini melatih kemampuan untuk mencari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber.
Pada akhirnya, konten-konten yang dihasilkan akan mendapat feedback dari netizen. Saat itulah sang kreator punya kesempatan melatih diri menjadi lebih percaya diri dan tangguh dalam menghadapi kritik.
Setidaknya ini langkah paling mungkin, yang akan mampu mengubah kesadaran kaum muda. Dari penikmat menjadi pencipta. Meski demikian, butuh langkah lanjutan yang lebih progresif agar kaum muda kita tidak kehilangan kesempatan, mengisi masa muda dengan produktivitas tinggi.[]
*) Imam Nawawi, kolomnis nasional.news dan Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)
Post Views: 41