Rokok mentol saat ini semakin populer di masyarakat karena dianggap lebih menyegarkan dengan rasa yang ringan. Namun, di balik sensasi ini, rokok mentol sebenarnya membawa risiko kesehatan yang lebih besar dibandingkan rokok biasa. Kandungan mentol dalam rokok memberikan efek sejuk saat dihirup, membuat perokok cenderung mengisap rokok lebih dalam dan lebih sering. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko ketergantungan nikotin dan masuknya zat berbahaya ke dalam paru-paru.
Penelitian menunjukkan bahwa perokok mentol sulit untuk berhenti merokok karena sensasi dingin yang menyegarkan membuat rokok terasa lebih ringan. Selain itu, anggapan bahwa rokok mentol lebih aman juga membuat beberapa perokok meningkatkan konsumsi rokok. Dampak negatifnya termasuk risiko terkena penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes, kanker, impotensi, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association menunjukkan bahwa rokok mentol dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan paru-paru. Mentol memicu inflamasi dan disfungsi pada pembuluh darah, yang dapat menyebabkan aterosklerosis, serangan jantung, dan stroke. Di sisi lain, paparan asap rokok mentol juga dikaitkan dengan kerusakan paru-paru yang lebih parah, meningkatkan risiko PPOK, emfisema, dan kanker paru.
Kandungan mentol dalam rokok juga mempengaruhi tingkat adiksi, memperkuat ketergantungan nikotin, dan membuat perokok mentol sulit berhenti merokok. Regulasi terkait rokok mentol di Indonesia saat ini masih belum seketat negara lain yang telah membatasi atau melarang peredarannya. Para ahli kesehatan menekankan pentingnya edukasi publik untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya rokok mentol dan menekan jumlah konsumsi. Tanpa kesadaran masyarakat yang kuat, perokok mentol berisiko mengalami gangguan kesehatan serius karena cenderung mengonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih besar.
