Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperkuat riset berbasis teknologi nano dengan mengembangkan sensor elektrokimia untuk mendeteksi logam berbahaya dan memanfaatkan limbah industri berupa terak feronikel. Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, menyatakan bahwa aplikasi nanomaterial dapat meningkatkan sensitivitas dan keakuratan sensor elektronika. Dalam forum ilmiah ORNAMAT #68, Ratno menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama untuk mengembangkan teknologi nano dan pemanfaatan terak feronikel yang lebih canggih.
Sensor elektrokimia menggunakan prinsip elektrokimia untuk mendeteksi logam berat, dengan kemampuan mendeteksi tanpa proses pemisahan terlebih dahulu dan sensitivitas hingga nanogram per mililiter. Komponen utama sensor ini adalah reseptor dan elektroda, yang dimodifikasi dengan material konduktif untuk meningkatkan performa sensor. Nanomaterial menjadi kunci dalam pengembangan sensor elektronika yang lebih canggih dan efektif.
Selain sensor, BRIN juga menyoroti potensi terak feronikel sebagai material bernilai. Terak feronikel, limbah dari proses peleburan nikel, mengandung magnesium, silika, dan logam tanah jarang yang memiliki nilai tinggi. Terak ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti pembuatan keramik, bahan konstruksi, dan sebagai substitusi bahan baku semen dan agregat. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan terak feronikel untuk kegiatan ekonomi sirkular.