Pernikahan yang berakhir dengan perceraian atau perpisahan bisa menghasilkan dampak emosional yang berat bagi anak-anak. Mereka mungkin tumbuh dengan rasa tidak aman, minder, dan bahkan menyalahkan diri sendiri atas situasi keluarga yang berubah. Namun, dengan dukungan yang tepat, anak-anak dapat melewati masa ini dan membangun kembali rasa percaya diri. Orang tua atau pengasuh memiliki peran penting dalam membantu anak-anak dari keluarga broken home. Berikut adalah delapan cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak membangun rasa percaya diri mereka.
Pertama, menjadi contoh yang positif dan menunjukkan sikap tenang, dewasa, dan penuh kasih sayang. Kedua, bangun kedekatan emosional dengan anak melalui waktu berkualitas bersama seperti ngobrol sebelum tidur atau bermain bersama. Ketiga, dengarkan perasaan anak dengan baik tanpa menghakimi untuk validasi perasaan mereka. Keempat, jelaskan situasi perceraian secara jujur dan sederhana agar anak tidak merasa bingung atau bersalah.
Kelima, hindari menjelek-jelekan mantan pasangan agar anak tidak terlibat dalam konflik orang tua. Keenam, libatkan anak dalam tanggung jawab ringan sesuai usianya untuk membuat mereka merasa penting dan dibutuhkan. Ketujuh, dukung minat dan bakat anak dengan mengajak mereka mencoba berbagai aktivitas sesuai minatnya. Terakhir, jaga rutinitas harian anak dan cari bantuan jika diperlukan untuk mengatasi stres berat atau perubahan perilaku.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan dukungan emosional yang konsisten dari satu figur dewasa tumbuh lebih tangguh. Gaya pengasuhan yang penuh empati, terbuka, dan konsisten serta co-parenting yang baik antara kedua orang tua sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Dengan cinta, komunikasi yang terbuka, dan dukungan emosional yang kuat, anak-anak dari keluarga broken home memiliki peluang besar untuk menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan bahagia.