Fanatisme dalam mendukung tim sepak bola di Indonesia telah berkembang menjadi bentuk nasionalisme yang membara, bahkan melewati batas kewajaran. Sebuah riset multidisiplin yang dilakukan oleh tim akademisi FISIP Universitas Airlangga (UNAIR) yang dipimpin oleh Rizky Sugianto Putri, S.Ant., M.Si., sekarang mengungkap temuan penting mengenai hal ini.
Menurut Rizky, Indonesia termasuk dalam 20 besar negara dengan basis penggemar sepak bola terbesar di dunia dan nomor dua di Asia. Namun, semangat besar ini perlu dikelola dengan baik agar tidak berubah menjadi hal yang destruktif. Riset ini mengkaji fenomena hyper nationalism di kalangan suporter bola, yang sering kali ditunjukkan melalui perilaku cyberbullying dan aksi-aksi anarkis.
Ruangan digital seperti media sosial sering menjadi tempat pelampiasan emosi ketika tim nasional atau klub kesayangan mengalami kekalahan. Hal ini seringkali menimbulkan kekerasan verbal yang merugikan berbagai pihak, seperti pemain, wasit, hingga suporter lawan. Tragedi serupa telah merugikan tidak hanya suporter, tetapi juga warga sekitar stadion, pedagang, dan keluarga korban.
Riset ini melibatkan tiga program studi di FISIP UNAIR, yaitu Antropologi, Hubungan Internasional, dan Ilmu Komunikasi, yang menyoroti pentingnya inklusi sosial dalam komunitas suporter. Tim riset ini termasuk para akademisi dan mahasiswa FISIP UNAIR, yang mengusulkan perlunya manajemen suporter yang inklusif, aman, dan terstruktur bagi PSSI dan Kemenpora.
Penelitian ini pemangku kebijakan untuk menyadari karakter dan pola perilaku suporter agar dapat menyusun pendekatan yang tepat untuk menjaga persatuan dan meminimalisir perpecahan dalam mendukung tim sepak bola. Riset ini dengan harapan akan memberikan kontribusi positif dalam mengubah pola dukungan suporter menjadi lebih positif dan konstruktif bagi masyarakat.