Pada Minggu, 4 Mei 2025, Spanyol dan Portugal mengalami pemadaman listrik besar-besaran yang membuat jutaan warga kehilangan akses listrik sepanjang hari. Situasi ini mengakibatkan lampu padam, peralatan rumah tidak berfungsi, dan router Wi-Fi mati total. Namun, sebagian kecil orang telah menemukan penyelamat tak terduga dalam situasi tersebut: mobil listrik.
Beberapa pemilik kendaraan listrik di Spanyol memamerkan di media sosial bagaimana mereka menggunakan baterai mobil untuk menyuplai daya ke rumah mereka. Mobil listrik yang dilengkapi fitur vehicle-to-home (V2H) memungkinkan baterai menjalankan sistem kelistrikan rumah sebagai cadangan daya besar, serupa dengan baterai portabel yang digunakan untuk mengisi daya ponsel.
Menurut Energy and Climate Intelligence Unit (ECIU) dari Inggris, mobil listrik rata-rata dengan baterai 71 kWh dan fitur V2H bisa menyediakan daya untuk rumah selama hampir enam hari hanya dengan menggunakan 60 persen kapasitas baterai. Fitur ini tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon dan menghemat biaya operasional, tetapi juga meningkatkan ketahanan energi rumah tangga.
Colin Walker, kepala divisi transportasi ECIU, menyatakan bahwa mobil listrik tidak hanya mampu mengurangi emisi dan biaya operasional, tetapi juga meningkatkan ketahanan energi di rumah pemiliknya. Dalam situasi pemadaman listrik yang luar biasa seperti di Spanyol dan beberapa wilayah di Eropa, mobil listrik membantu menjaga lampu tetap menyala, kulkas bekerja dengan baik, dan router Wi-Fi tetap berjalan selama berhari-hari.
Meski teknologi V2H telah ada sejak bertahun-tahun lalu, tidak semua mobil listrik mendukung fitur ini. Namun, insiden di Spanyol menunjukkan potensi besar mobil listrik sebagai solusi darurat dalam situasi krisis energi. Target transaksi di PEVS 2025 juga melampaui ekspektasi dengan mencapai Rp900 miliaran, jauh melampaui target awal sebesar Rp400 miliar.
