Filsafat sering kali dianggap kompleks, aneh, terlalu detail, bahkan menyesatkan oleh sebagian orang. Meskipun ada beberapa tokoh di Indonesia yang mencoba mereduksi anggapan negatif ini, stigma yang melekat pada filsafat tetap kuat, bahkan ada anggapan bahwa filsafat adalah hal yang dilarang. Namun, sebenarnya filsafat merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di hampir semua perguruan tinggi di berbagai jurusan. Pelajaran filsafat, baik yang bersifat umum, praktis, politik, agama, atau ilmu-ilmu terkait seperti logika atau retorika, bertujuan untuk melatih mahasiswa agar menjadi pemikir yang kritis, sistematis, luas, dan radikal. Namun, sayangnya, persepsi negatif terhadap filsafat masih mendominasi pandangan masyarakat.
Pemikiran filsafat seringkali terlihat kontroversial, dengan pernyataan yang di luar dugaan yang bisa menantang keyakinan umum. Misalnya saja ucapan “Tuhan telah mati” oleh Nietzsche, “Agama adalah candu” oleh Karl Marx, atau pernyataan bahwa “Manusia adalah pemangsa yang handal” oleh Thomas Hobbes. Namun, yang sering terlupakan dalam diskusi mengenai filsafat adalah pentingnya akal budi manusia dalam merumuskan pemikiran-pemikiran tersebut.
Kekeliruan dalam memahami filsafat berasal dari beberapa penyebab, di antaranya adalah sikap kritis, radikal, dan sistematis para filosof. Masyarakat sering kali gagal untuk melepaskan presepsi buruk terhadap filsafat, padahal para filosof akan bersedia berdialog dan menjelaskan pemikiran mereka dengan sistematis jika diberikan kesempatan. Selain itu, konteks kehidupan dan keragaman perspektif juga ikut mempengaruhi pandangan terhadap filsafat. Penting untuk menyadari bahwa filsafat bukanlah sebuah tujuan, melainkan alat untuk berpikir dan mengambil kebijakan dalam hidup.
Dengan stigma negatif yang masih melekat pada filsafat, penting bagi masyarakat untuk mengubah pandangan mereka dan melihat filsafat sebagai alat yang memberikan wawasan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Akal budi manusia akan terus berkembang seiring waktu, dan ide-ide brilian yang telah mengubah dunia sejak zaman klasik hingga era teknologi informasi adalah buah dari filsafat sebagai alat berpikir. Oleh karena itu, menghapuskan stigma negatif terhadap filsafat seharusnya menjadi langkah yang ditempuh seiring dengan perkembangan zaman.