32.4 C
Jakarta
Sunday, September 21, 2025

Fenomena Cancel Culture: Investigasi Terkini

Belakangan ini, pernyataan Abidzar tentang tidak menonton drama Korea “A Business Proposal” meskipun terlibat dalam versi remake-nya menjadi perbincangan hangat di media sosial. Abidzar menyatakan bahwa ia ingin membangun karakternya sendiri tanpa terpengaruh oleh versi aslinya. Hal ini menuai kritik dari beberapa pihak yang menilai sikapnya kurang profesional, terutama karena film yang dibintangi merupakan remake yang seharusnya tetap menghormati karya aslinya. Namun, di sisi lain, ada juga yang membela Abidzar dan melihat pendapatnya sebagai bentuk kebebasan dalam berakting, menyebabkan fenomena cancel culture kembali ramai di media sosial.

Cancel culture, atau yang juga dikenal sebagai callout culture, adalah tindakan mengakhiri dukungan terhadap seseorang, kelompok, organisasi, atau perusahaan karena pendapat atau tindakan yang dianggap tidak pantas oleh sebagian orang. Proses “canceling” ini sering dilakukan dengan memboikot karya atau aktivitas yang dilakukan oleh pihak yang dianggap melakukan kesalahan. Fenomena ini dapat dilihat sebagai bentuk tuntutan akuntabilitas, namun juga berpotensi menjadi hukuman sosial yang berlebihan tanpa memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar dari kesalahan yang dilakukan.

Dalam konteks yang lebih luas, cancel culture memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, cancel culture dapat menjadi alat yang memunculkan suara kelompok yang kurang didengar, mengubah menjadi strategi boikot modern untuk mendorong perubahan sosial. Namun, di sisi lain, fenomena ini juga berpotensi menjadi bentuk perundungan online, tidak selalu menghasilkan perubahan nyata, dan meningkatkan intoleransi terhadap perbedaan pendapat. Oleh karena itu, penting untuk memahami kedua sisi dari cancel culture ini sebelum menanggapinya dalam kasus-kasus tertentu di media sosial.

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

berita terbaru