27.1 C
Jakarta
Thursday, November 21, 2024

Menyemai Semangat Kepahlawanan Di Kalangan Generasi Muda

KAUM muda harus terus mendapat penyegaran, bahwa pahlawan itu ada, terus perlu bahkan mesti kita hadirkan, minimal dalam jiwa sendiri. Seperti JB Sudarmanto tulis dalam bukunya “Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia” kita perlu memahami perilaku pahlawan.

Supaya muncul kepekaan untuk menghargai jasa para pahlawan. Kemudian menyadari bahwa nafas kita yang bebas hari ini adalah hasil dari perjuangan para pahlawan yang telah berkorban, yang mampu mempersatukan Indonesia.

hari pahlawan

Kata Sudarmanto, “Rasa persatuan itu dapat menjadi energi untuk berbuat sesuatu yang mengubah wajah Indonesia menjadi lebih makmur, lebih adil, dan lebih sejahtera.

Mengutip ungkapan Bung Karno, “Hanya bangsa yang menghargai pahlawan-pahlawannya dapat menjadi bangsa yang besar.” Dalam kata lain, kaum muda penting mendesak memahami perilaku pahlawan. Pahlawan yang memang ada dalam kehidupan, bukan yang semata “memukau” dalam sajian film.

Jasa Luar Biasa

Para pahlawan adalah mereka yang sepanjang hidupnya, eksistensinya memberi manfaat luas. Orang mengakui jasa-jasanya.

Oleh karena itu meski ada pahlawan bangsa, sebenarnya juga ada pahlawan kehidupan, seperti ayah dan ibu kita, yang dengan tulus memberikan semua energinya untuk kemauan anak-anaknya.

Dalam Islam, seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena jelas, orang tuanya telah berjasa kepada anak-anaknya.

Kang Maman hari ini pada 10 November 2024 akan meluncurkan buku dengan judul “..dan Janda itu Ibuku.”

Tentu saja Kang Maman telah mampu mengelaborasi perilaku pahlawan dengan baik dengan jasa ibunya yang luar biasa dalam kehidupan Kang Maman.

Dalam kata yang lain, saat memperingati hari pahlawan tak berarti kita harus terus terpaku pada sejarah, tapi pelajari apa yang membuat pahlawan itu tabah, kuat dan tak kenal kata menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Cermati

Lalu apa langkah strategis yang kita butuhkan agar mampu memaknai Hari Pahlawan dengan perubahan mindset, sikap hingga perilaku?

Terus mencermati situasi dunia hari ini dan ancaman dalam negeri yang tidak main-main. Krisis kemanusiaan akibat perang di Gaza bisa menjadi landasan kita mulai membangun mentalitas kepahlawanan. Termasuk situasi bangsa yang semua semakin tampak maju, tapi rakyat tampak semakin tertinggal dan ditinggal.

Hari ini, di tengah tantangan global dan nasional yang terus berkembang, dari krisis kemanusiaan akibat konflik hingga ketimpangan sosial di dalam negeri, kita diingatkan akan pentingnya membangun mentalitas kepahlawanan yang autentik.

Kita bisa belajar kepada Mohammad Natsir saat muda. Ia mendapat kesempatan kuliah dari Belanda dengan jaminan menjadi pegawai negeri dengan gaji tinggi.

Namun, Natsir menolak tawaran dari pemerintah Belanda itu demi berjuang bersama rakyat Indonesia. Sikap berkelas ini menunjukkan bahwa seorang pahlawan sejati adalah mereka yang menempatkan kepentingan bangsa di atas ambisi pribadi.

Sebagai anak muda, Natsir menempa diri dengan tekun menuntut ilmu, hingga ia mahir Bahasa Belanda. Natsir ahli dalam menulis dan ceramah dalam bahasa Belanda, bahasa kaum terpelajar kala itu. Salah satu alasan Natsir memilih berjuang, karena ia merasa berdosa kalau ia meninggalkan perjuangan bangsa ini.

Begitulah pahlawan punya pemikiran dan perilaku. Seperti juga Bung Karno dan Bung Hatta yang juga menjadi senior perjuangan seorang Natsir. Jadi anak muda, mencintai bangsa ini bisa kita wujudkan dengan memahami bagaimana sosok pahlawan berperilaku. Menavigasi diri atas landasan nilai yang luhur dan budi pekerti yang baik.

*) Imam Nawawi, penulis adalah Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah 2020-2023, Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)

Post Views: 63

Source link

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

berita terbaru