32.1 C
Jakarta
Tuesday, November 5, 2024

Membaca Manchester United Dan ‘Ahsanu ‘Amala’, Belajar Dari Sepak Bola Untuk Kehidupan

SEPAK BOLA mungkin sekilas tampak hanya sebagai sebuah permainan, sesuatu yang banyak orang nikmati untuk hiburan. Tapi kalau kita melihat lebih dalam, sepak bola ternyata juga penuh dengan pelajaran hidup.

Di lapangan hijau, bukan hanya adu tendangan atau strategi, tapi juga perwujudan nilai-nilai kehidupan, seperti kerja keras, kerjasama, kegigihan, dan komitmen untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Sepak bola, layaknya hidup, menuntut kita untuk selalu “terbaik” – baik di dalam maupun di luar lapangan.

skuad mu
Skuad keseblasan Manchester United (Foto: Instagram Manchester United Official/ @manchesterunited)

Coba kita tengok apa yang sedang terjadi dengan Manchester United (MU), salah satu klub terbesar di dunia. MU kini mengalami masa sulit, terpuruk di posisi 14 klasemen Liga Inggris. Sebuah posisi yang tentu saja jauh dari layak untuk klub sebesar MU.

Namun, hal itu juga bisa menjadi bahan refleksi bagi kita – bahwa bahkan yang terbaik pun bisa mengalami masa-masa sulit, dan tugas kita adalah bangkit dari keterpurukan tersebut.

Ketika pelatih sebelumnya, Ten Hag, tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik tim ini, harapan MU pun dialihkan ke sosok baru: Ruben Amorim. Nama yang mungkin baru bagi banyak orang, namun prestasinya patut diacungi jempol.

Lahir pada 27 Januari 1985, Amorim adalah pelatih muda yang belakangan menarik banyak perhatian berkat capaian gemilangnya di Portugal. Ia menjadi rebutan klub-klub besar Inggris, dan akhirnya berjodoh dengan MU.

Raihan Prestasi

Sebagai pemain, Ruben Amorim memang tidak bersinar secerah bintang Portugal lainnya, seperti Cristiano Ronaldo. Namun, sebagai pelatih, Amorim berhasil menunjukkan kemampuannya.

Dia mengantarkan Braga meraih juara Liga Portugal musim 2019/2020, lalu membawa Sporting CP menjuarai Liga Primer Portugal pada musim 2020/2021 dan 2023/2024. Tak hanya itu, Amorim juga dua kali terpilih sebagai pelatih terbaik Liga Primer Portugal.

Kehebatan Amorim tidak hanya terlihat dari piala atau penghargaan, tapi juga dari kemampuannya melahirkan pemain-pemain berkualitas, seperti Joao Palhinha yang sekarang bermain di Bayern Munchen dan Pedro Porro yang menjadi bek andalan Tottenham Hotspur.

Semua raihan ini membuktikan bahwa kerja keras dan dedikasi Amorim telah membuahkan hasil yang nyata, dan mungkin inilah yang membuat MU tertarik untuk merekrutnya.

Tantangan Baru, Kualitas Baru

Cerita perjalanan Amorim ke MU mengingatkan kita bahwa orang terbaik akan selalu diincar. Ini adalah pelajaran penting bagi kita semua, yaitu bahwa usaha untuk mengasah diri itu harus menjadi prioritas.

Menjadi yang terbaik bukan tentang branding atau sekadar pencitraan, tapi tentang bukti nyata dari kemampuan dan kualitas diri. Karena pada akhirnya, orang-orang tidak hanya melihat apa yang kita katakan, tapi juga apa yang kita lakukan.

Di sini kita bisa belajar dari beberapa politisi di Indonesia yang mungkin kurang dipercaya masyarakat. Mengapa? Karena mereka gagal menampilkan diri sesuai janji. Bukannya memperbaiki diri, mereka justru sibuk klarifikasi atau menyusun pembelaan. Semakin salah, semakin banyak usaha untuk menutupinya dengan kata-kata, bukannya tindakan nyata.

Amorim mungkin telah meraih banyak keberhasilan di Portugal, tapi tantangan barunya di Inggris jelas akan berbeda. Ia akan menghadapi pemain, budaya, dan ekspektasi yang berbeda dari sebelumnya. Tapi itulah hidup, bukan? Setelah satu keberhasilan, tantangan baru selalu menanti. Dan ini mengingatkan kita bahwa tidak ada titik akhir untuk menjadi yang terbaik.

Ahsanu ‘Amala, Inspirasi dari Sepak Bola

Bagi kita, perjuangan Ruben Amorim bisa menjadi inspirasi untuk terus berusaha menjadi “ahsanu ‘amala” atau “yang terbaik dalam amal”. Dalam hidup ini, kita tidak hanya dituntut menjadi yang terbaik di bidang yang kita tekuni, tapi juga berusaha mencapai amal terbaik di hadapan Allah SWT.

Terus saja mengasah kemampuan diri, mengumpulkan deretan kebaikan yang bisa jadi bukti daripada sibuk membranding diri tapi tidak ada yang benar-benar jadi kekuatan.

Tetaplah berusaha dan bertekad untuk menjadi manusia terbaik, bukan hanya demi pujian atau popularitas, tapi untuk memberikan dampak positif dalam kehidupan ini. Tantangan mungkin akan selalu datang, tapi itulah bagian dari perjalanan untuk meraih kualitas terbaik dalam diri kita.

Jadi, mari belajar dari Ruben Amorim dan Manchester United: ketika tantangan datang, kita punya pilihan – menyerah atau bangkit dan menjadi lebih baik.

Kita pilih mana?

*) Imam Nawawi, penulis adalah Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah 2020-2023, Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)

Post Views: 15

Source link

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

berita terbaru