Kecap Nomor Satu di Dunia tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga di luar negeri, seperti Kecap Blitar yang terkenal di Malaysia. Ada sejarah panjang di balik kecap manis ini yang membuatnya begitu istimewa.
Berawal dari acara pameran buku di Frankfurt Book Fair, Jerman, Bondan ‘Maknyus’ Winarno memperkenalkan buku Kecap Manis: Indonesia’s National Condiment. Dalam buku setebal 300 halaman ini, Bondan menegaskan bahwa kecap manis adalah warisan kuliner asli Indonesia.
Buku tersebut dihargai sekitar Rp 990 ribu, namun setiap halaman di dalamnya patut disyukuri karena mengulas secara mendalam tentang kecap, terutama kecap manis yang begitu langka. Tak heran jika ada yang menyebutnya sebagai buku juara dan menyebut Bondan sebagai pengamat kecap terbaik.
Bagi pecinta kecap seperti Lutfi Ubaidillah, kecap manis adalah bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Lutfi bahkan memiliki koleksi botol kecap dari berbagai daerah di Indonesia dan merawat blog khusus Kecap Nomor Satu di Dunia. Dia memahami nilai sejarah dan keunikan dari setiap merek kecap, termasuk Kecap Blitar yang terkenal.
Di samping Bondan, sudah ada pula beberapa tokoh lain seperti Chef Alifatqul Maulana dan Andrew Mulianto yang menghargai keistimewaan kecap nusantara. Mereka adalah bukti nyata bahwa kecintaan terhadap kecap tidak terbatas pada satu generasi saja. Keberagaman merek kecap di seluruh Indonesia juga mencerminkan kekayaan budaya kuliner di negeri ini.
Tak hanya itu, kecap asli Indonesia telah mengakar kuat di Nusantara hingga ke negara-negara tetangga. Meskipun Malaysia mencoba menghasilkan kecap lemak manis, namun keberadaannya masih jauh di bawah reputasi Kecap Nomor Satu di Dunia asli Indonesia, terutama Kecap Blitar yang tetap populer di Malaysia.
Sumber: Bung Karno dan kecap nomor satu di dunia
Sumber: Kecap nomor satu di dunia
