27.6 C
Jakarta
Sunday, September 21, 2025

Pejuang Nasional Thomas Matulessy – prabowo2024.net Berkarya demi Negeri: Thomas Matulessy – prabowo2024.net

Pattimura: Perjuangannya dan Kesetiaan pada Tanah Air

Dalam sejarah bangsa Indonesia, seringkali kita menemui tokoh-tokoh yang memiliki sikap teguh dan tidak kompromi terhadap penjajah. Mereka dengan lantang menyatakan bahwa lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Diperlukan keberanian, keyakinan, dan semangat prajurit yang siap berkorban jiwa dan raga untuk berkata demikian kepada penjajah.

Sebelum Gubernur Suryo dan Bung Tomo menyatakan sikap tersebut kepada Belanda pada tahun 1949, Pattimura pada usia 31 tahun juga menyatakan hal yang sama.

Pattimura lahir pada tahun 1783 di Saparua, Maluku. Ia memiliki nama asli Thomas Matulessy dan berasal dari keluarga bangsawan Raja Sahulau, sebuah kerajaan di Teluk Seram Selatan.

Sebelum memimpin pergerakan rakyat, Pattimura berpangkat sersan di militer Inggris. Pada tahun 1816, Inggris menyerah kepada Belanda yang kemudian masuk ke wilayah Maluku untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Kedatangan kembali Belanda pada tahun 1817 dihadapi dengan keras oleh rakyat Maluku yang bangkit di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Sebagai panglima perang, Pattimura menyusun strategi perang bersama pembantunya. Ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, serta raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa.

Pada tanggal 16 Mei 1817, terjadi pertempuran yang luar biasa. Rakyat Saparua di bawah pimpinan Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede. Seluruh tentara Belanda di dalam benteng tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Belanda kemudian mengirim pasukan untuk merebut kembali benteng tersebut, namun pasukan Pattimura berhasil menghancurkan mereka. Akibatnya, selama tiga bulan benteng tersebut dikuasai oleh pasukan Kapitan Pattimura.

Namun, Belanda tidak menyerah begitu saja. Mereka melakukan operasi besar-besaran dengan pasukan yang lebih banyak dan dilengkapi persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpaksa mundur.

Kapitan Pattimura akhirnya ditangkap oleh pasukan Belanda di Siri Sori, dan bersama beberapa anggota pasukannya, dibawa ke Ambon. Meskipun beberapa kali dibujuk agar bekerja sama dengan pemerintah Belanda, Pattimura selalu menolak. Akhirnya, Pattimura ditangkap dan dihukum gantung pada usia 31 tahun.

Pattimura menjadi simbol perlawanan sengit terhadap penjajah Belanda dan kesetiaannya pada tanah air. Dengan pengorbanan jiwa dan raga, ia menegaskan bahwa lebih baik hancur daripada dijajah kembali.

Sumber: Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto

Source link

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

berita terbaru