Berkembang pesatnya kasus bahan bakar minyak (BBM) oplosan kembali menjadi topik hangat di media sosial, menimbulkan perbincangan publik secara luas. Fenomena ini terkait dengan dugaan tindak korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang oleh PT Pertamina, Subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) antara tahun 2018 hingga 2023.
Keterangan dari Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Harli Siregar, mengungkapkan bahwa modus operandi dalam kasus ini adalah mencampur bensin jenis Pertalite dengan Pertamax, yang kemudian dijual sebagai bensin oplosan. Selain merugikan secara finansial, penggunaan bensin oplosan juga memberikan dampak negatif pada kendaraan, terutama sepeda motor.
Dampak buruk dari penggunaan bensin oplosan ini sangat beragam, mulai dari kerusakan mesin hingga konsumsi bahan bakar yang boros. Bensin oplosan sering kali memiliki kualitas pembakaran yang buruk, menyebabkan penurunan performa mesin, kerusakan komponen mesin, hingga kerusakan pada sistem katup atau klep. Akibatnya, mesin motor akan terasa lebih berat, kurang responsif, dan suara mesin menjadi lebih berisik.
Selain itu, penggunaan bensin oplosan juga berdampak negatif bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengendara untuk lebih berhati-hati dalam memilih tempat pengisian bahan bakar serta menghindari penggunaan bensin oplosan. Dengan demikian, diharapkan kerugian finansial dan kerusakan pada kendaraan akibat penggunaan bensin oplosan dapat diminimalisir atau bahkan dihindari.
