PT Indika Energy Tbk. (INDY) menghabiskan modal sebesar US$104,9 juta atau sekitar Rp1,62 triliun selama 9 bulan pertama tahun 2023. Vice President Director dan Group CEO INDY, Azis Armand mengatakan bahwa investasi perusahaan akan difokuskan pada diversifikasi portofolio bisnis di sektor di luar batu bara. Dari total modal tersebut, 77% atau sekitar US$81,2 juta akan digunakan untuk bisnis non-batu bara.
Modal untuk bisnis non-batu bara meliputi proyek Awakmas di Indika Minerals sebesar US$54,4 juta, Ilectra Motor Group sebesar US$6,6 juta, dan Indika Nature sebesar US$9,5 juta. Selain itu, INDY juga mengalokasikan modal sebesar US$22,8 juta untuk pengembangan bisnis batu bara, termasuk di Indika Indonesia Resources sebesar US$13,2 juta dan Kideco sebesar US$9,6 juta.
Penjualan INDY hingga September tahun ini mencapai 22,6 juta ton batu bara dari Kideco Jaya Agung, mengalami penurunan sebesar 14,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari total volume penjualan tersebut, Kideco menjual 6,7 juta ton batu bara atau sekitar 30% untuk kebutuhan dalam negeri, melebihi persyaratan domestic market obligation (DMO) sebesar 25% yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan volume penjualan batubara untuk pasar ekspor mencapai 15,8 juta ton dengan tujuan utama ke China, India, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Harga rata-rata penjualan batubara Kideco selama 9 bulan 2023 adalah US$75,7 per ton, mengalami penurunan sebesar 10,0% dari harga rata-rata per ton pada 9 bulan 2022. Pendapatan Indika Energi sepanjang tahun 2023 mencapai US$2,29 miliar atau setara dengan Rp36,5 triliun, turun 26,64% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibat penurunan pendapatan, laba bersih INDY juga mengalami penurunan sebesar 72,27% menjadi US$93,8 juta atau sekitar Rp1,49 triliun.
https://www.suara.com/bisnis/2023/11/05/171728/indika-energy-gunakan-modal-rp162-triliun-untuk-investasi-non-batu-bara
