Oleh Prabowo Subianto, yang diambil dari “Strategi Transformasi Nasional: Menuju Indonesia Emas 2045,” halaman 230-234, edisi cetak keempat.
Saya mencari dukungan Anda—dukungan nyata, kongkrit.
Investor besar, yang berencana untuk menguasai tanah air kita, mengklaim bahwa Indonesia mudah untuk dimanipulasi; warganya dan para pemimpinnya dapat dibeli.
Kita berada dalam situasi yang membutuhkan kewaspadaan. Kita tidak boleh lengah. Kita perlu waspada, mengingatkan satu sama lain, dan memberikan dukungan satu sama lain. Sebagai bangsa yang penting, adalah kewajiban kita untuk melindungi satu sama lain.
Mari kita bersatu. Persatuan itu penting.
Mari buktikan bahwa rakyat Indonesia masih menyimpan impian mulia, bahwa kita memiliki rasa martabat, dan bahwa kita tidak dijual belikan. Rakyat Indonesia menolak untuk dikuasai atau diperbudak. Kita bercita-cita menjadi bangsa yang memiliki kehormatan.
Kepada semua yang membaca buku ini:
Katakan yang benar sebagai benar, dan yang salah sebagai salah. Apakah wajar bahwa kekayaan kita terus mengalir keluar dan kita diharapkan untuk patuh? Apakah sudah takdir bahwa rakyat kita hanya melayani orang lain, hanya ada sebagai pasar, atau menerima upah yang sedikit?
Jika Anda percaya bahwa situasi ini dapat dibenarkan, maka sikap apa yang kita ambil?
Namun, jika Anda menganggapnya tidak adil, dan percaya bahwa kita dapat mengubah dan melindungi kekayaan kita, maka satu-satunya jalan ke depan adalah untuk bangkit dan memimpin rakyat.
Pimpin dengan pengetahuan, dengan hati, dengan rekomendasi, dengan pendidikan, dan dengan komitmen pada bangsa kita.
Jadikan perjuangan kita berlandaskan “satyagraha,” seperti yang didemonstrasikan oleh Mahatma Gandhi di India, Martin Luther King di Amerika, dan Nelson Mandela di Afrika Selatan.
Satyagraha menandakan perjuangan non-kekerasan yang tak kenal lelah berdasarkan kebenaran—suatu perjuangan yang merangkul dan menyatukan semua.
Percayalah bahwa kebenaran akan menang; itu tidak bisa dikalahkan. Yang penting adalah keberanian kita, ketangguhan kita, dan kesiapan kita untuk berkorban.
Para pendiri bangsa kita—Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Pak Dirman, Gubernur Suryo, I Gusti Ngurah Rai, dan semua pahlawan—mengajarkan kepada kita bahwa jika kita tidak menyerah, jika kita berani dan teguh, kebenaran akhirnya akan menang. Kita harus siap menghadapi kesulitan dan penderitaan.
Apa pilihan kita? Menyerah dan patuh pada setiap perintah, atau berdiri sebagai bangsa yang berwibawa, memahami dan mempertahankan hak-hak kita dan hak-hak rakyat kita?
Kita harus percaya pada kekuatan substansial kita. Sistem pertahanan kita, HANKAMRATA, atau pertahanan total rakyat, telah terbukti efektif melawan penjajah.
Kekuatan rakyat ini harus diorganisir dengan baik dan terus-menerus diperkuat. Ya, dari orang ke orang, bangunlah kekuatan ini. Mulailah dengan lima orang, lalu sepuluh, dan seterusnya. Selenggarakan diskusi. Bahaslah konten buku ini di rumah-rumah Anda. Rencanakan, dan nanti saya akan mengumumkan langkah-langkah kita.
Jelas, kita dihadapkan pada dua pilihan. Berdiri dengan martabat sebagai bangsa pejuang, atau tetap terjajah selamanya, sebagai bangsa pelayan, lemah, yang bisa dibeli, yang bisa disuap. Pilihan ada di masing-masing dari kita.
Saya percaya kita bisa, kita harus melakukan transformasi yang signifikan bagi bangsa kita.
Mari buktikan bahwa di antara rakyat Indonesia, masih ada yang bermimpi. Mereka yang mencintai negara mereka dan ingin Indonesia berdiri dengan penuh martabat, dipimpin oleh pemimpin yang terhormat, berdiri di atas kaki kita sendiri. Berwibawa, kuat, adil, dan makmur. Ini adalah aspirasi bersama kita.
Bangunlah dan himpunlah dukungan dari orang-orang di sekitar Anda. Temui dan berilah pencerahan kepada keluarga, teman-teman, tetangga Anda. Buatlah mereka sadar dan yakin. Jelaskan prinsip-prinsip dan fakta-fakta yang terkandung dalam buku ini. Ajak mereka, inspirasi mereka untuk aktif berpartisipasi dalam demokrasi kita.
Beritahukan kepada rakyat bahwa negara kita tidak miskin. Beritahukan kepada mereka bahwa ada solusi untuk masalah-masalah bangsa kita. Beritahukan kepada mereka bahwa buku ini berisi keyakinan dan pemahaman tentang bagaimana mengelola ekonomi.
Dalam perjuangan Anda, jangan pernah merendahkan atau menghina orang lain. Sebaliknya, percayalah pada diri kita sendiri dan selalu pandu rakyat. Katakan kepada mereka bahwa yang benar adalah benar, dan akhirnya, kebenaran akan menang.
Ingatlah, semakin berpengetahuan kita, semakin kuat kita. Semakin kita merendahkan hati kita, semakin kita menurunkan hati kita—tidak dalam keraguan diri tetapi dalam kerendahan hati. Semakin kita dicemooh, semakin sopanlah kita. Semakin kita dicaci, semakin tegaklah kita.
Tidak perlu membalas kebencian dengan kebencian. Tidak ada waktu untuk kebencian. Biarkan orang jahat diadili oleh kekuatan yang lebih besar dari kita semua, kekuatan di atas.
Marilah kita percayakan pada kekuatan di bawah, kekuatan rakyat Indonesia, yang selalu mendukung yang benar.
Saudara-saudara saya, rakyat kita bukanlah orang bodoh. Mereka berpikir dengan hati mereka. Mereka akan selalu mendukung kita, asalkan kita terus-menerus memperbaiki diri, menguatkan akar-akar kita di tengah rakyat, selalu menjadi sumber kebenaran, selalu mempertahankan kebenaran, selalu memberikan solusi untuk masalah rakyat, dan tidak pernah menjadi sumber kehancuran.
Kita tidak boleh diam ketika kita menyaksikan kebohongan dan ketidakadilan. Dan ketika kita melihat penindasan terhadap yang kurang beruntung, kita tidak boleh diam. Kita tidak boleh takut untuk membela yang lemah dan tertinggal.
Juga, kita tidak boleh berjuang semata-mata demi posisi kekuasaan. Posisi otoritas harus diperoleh dengan hormat, secara sah, konstitusional, demokratis, oleh mereka yang sungguh-sungguh menaruh hati pada bangsa.