Sebuah video beredar luas di grup-grup WhatsApp dan media sosial, menceritakan tentang seorang pria bernama Ernesto yang mengikuti audisi America’s Got Talent (AGT) dengan lagu penuh kepedihan. Dalam video tersebut, Ernesto mengaku sebagai mantan tukang kayu yang hanya ingin menyanyikan satu lagu terakhir bagi istri dan putranya. Namun, setelah ditelusuri oleh tim pemeriksa fakta, ternyata video tersebut adalah hasil rekayasa artificial intelligence (AI) tanpa adanya sosok Ernesto dalam audisi AGT. Meskipun kontroversi mengenai video ini, banyak orang terenyuh dan tergugah oleh ceritanya.
Ditemukan banyak kejanggalan dalam video tersebut, seperti mulut dan tenggorokan Ernesto tidak sejalan dengan suaranya. Ekspresi wajahnya terlihat datar dan reaksi penonton serta juri tampak diedit ulang untuk menciptakan atmosfer emosional palsu. Konten ini diduga merupakan hasil interpretasi ulang dengan kekuatan kecerdasan buatan oleh kanal YouTube AGTVerse/Reimage Ai. Hal ini menyoroti betapa pentingnya literasi digital dalam memilah informasi yang benar dan tidak terjebak dalam ilusi digital.
Video Ernesto juga mencerminkan bahaya manipulasi emosi demi keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya secara etis. Masyarakat perlu bersikap kritis terhadap konten yang mereka konsumsi dan tidak mudah percaya pada informasi yang disebarkan tanpa verifikasi. Gerakan literasi digital yang kuat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan konten palsu dan manipulatif di era digital saat ini. Sebelum membagikan konten yang menyentuh secara emosional, penting untuk bertanya pada diri sendiri tentang kebenaran informasi tersebut, agar tidak terperdaya oleh rekayasa teknologi yang memanipulasi emosi kita.
