Bontang bukanlah kota besar, melainkan seperti simpul tenang di antara industri dan alam pesisir Kalimantan Timur. Dari ketenangan inilah, Pulau Beras Basah muncul dengan undangan lembut untuk merasakan perjalanan yang lebih dari sekadar wisata.
Pada Sabtu pagi, 17 Mei 2025, langit cerah di Bontang. Rombongan keluarga dari komunitas jamaah masjid perumahan mengulang kenangan tahun 2019 dalam versi baru. Dulu hanya ada 18 keluarga yang ikut, namun kali ini bertambah menjadi 25 keluarga. Perjalanan tidak hanya menuju destinasi, tetapi juga tentang kedisiplinan yang muncul dari pengalaman sebelumnya.
Sebelum menyeberang ke Pulau Beras Basah, rombongan mampir ke Bontang Kuala. Kawasan yang unik dengan rumah kayu berjajar di atas air menawarkan pesona estetika lokal yang menenangkan. Standar-pulau yang tidak mewah, tetapi kealamian dan keindahannya menarik perhatian. Pulau ini bukan hanya destinasi wisata biasa, tapi juga merupakan bagian sejarah navigasi maritim yang tak ternilai.
Mengelola wisata di Pulau Beras Basah bukanlah mimpi belaka, tapi sebuah potensi nyata untuk dipertimbangkan. Dalam perjalanan tersebut terungkap bahwa pulau ini memiliki potensi ekonomi melalui aspek edukasi, konservasi, dan spiritual. Pengelolaan yang tepat dengan tetap menjaga nilai-nilai lokal dapat membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan.
Di antara keindahan pulau dan air laut yang menenangkan, pesan singkat dari alam seolah mengajak untuk bersyukur dan berbagi. Pulau ini menyentuh hati dan mengajarkan bahwa kebahagiaan sederhana bisa ditemukan di tempat-tempat yang sederhana. Pulau Beras Basah seperti guru yang lembut, mengajarkan bahwa keindahan tak harus jauh jika dilihat dengan mata yang jernih dan hati yang lapang.