Pandangan beragam mengenai pendidikan sedang ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial dan grup WhatsApp. Diskusi ini diawali oleh kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang mengusulkan agar anak nakal dimasukkan ke barak militer untuk memperbaiki karakter mereka. Namun, sebelum terburu-buru mengambil kesimpulan, pertimbangkan dengan hati-hati. Anak nakal yang dimaksud adalah mereka yang rentan terlibat dalam tawuran, enggan sekolah, dan menggunakan narkoba. Ketika orang tua dan sekolah sudah tidak mampu mengatasi anak-anak seperti ini, siapakah yang bisa melakukannya?
Menurut Jejen Musfah, Dosen UIN Jakarta dan Ketua PB PGRI, sikap nakal siswa adalah cerminan dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah mereka. Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan mudah hanya dengan memasukkan anak-anak ke barak militer. Selama ini belum ada bukti kuat bahwa pendidikan militer efektif mengubah perilaku anak nakal. Lebih penting lagi, pendidikan karakter yang berkelanjutan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diutamakan.
Penanganan anak nakal, seperti pemakai narkoba, seharusnya lebih berfokus pada aspek kesehatan mental dan sosial dengan dukungan rehabilitasi dan psikologis. Mereka yang terlibat dalam tawuran bukanlah masalah disiplin, melainkan pengaruh lingkungan yang negatif dan ketidakpuasan emosional. Jika mereka dipaksa masuk ke lingkungan militer, risiko trauma dan penumpukan amarah justru dapat meningkat.
Kebijakan untuk memasukkan anak nakal ke barak militer mungkin terlihat sebagai solusi cepat, tetapi tidak akan memberikan hasil yang permanen. Pendidikan harus lebih holistik dan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, moral, dan kemandirian. Oleh karena itu, kita semua perlu memahami dengan baik sebelum mengambil keputusan berdasarkan emosi semata. Peran Gubernur Jawa Barat dalam memperbaiki sistem pendidikan adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalankan dengan bijak, mengedepankan diskusi yang mencerahkan daripada debat tanpa akhir. Ini adalah langkah kecil namun penting menuju Indonesia Emas 2045.