Perencanaan keluarga merupakan aspek krusial dalam kehidupan modern keluarga, terutama dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai. Dalam hal pemilihan kontrasepsi untuk wanita atau pria, Indonesia masih didominasi oleh perempuan dalam penggunaan alat kontrasepsi, seperti data BPS tahun 2024 yang mencatat bahwa sebanyak 56,26% wanita berusia 15-49 tahun dan sudah menikah menggunakan alat KB. Di sisi lain, PBB memperkirakan tingkat penggunaan kontrasepsi pada perempuan yang sudah menikah akan terus meningkat hingga mencapai 64,4% pada tahun 2030.
Meskipun wanita memiliki beragam opsi kontrasepsi seperti pil KB, IUD, implan, suntik KB, dan sterilisasi, partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi juga penting. Pada pria, kondom dan vasektomi merupakan opsi kontrasepsi yang efektif. Namun, ketimpangan gender dalam penggunaan kontrasepsi masih menjadi isu penting di banyak negara, termasuk Indonesia, di mana wanita sering memikul tanggung jawab lebih besar dalam perencanaan keluarga.
Studi menunjukkan bahwa pria cenderung kurang terlibat dalam keputusan perencanaan keluarga, sehingga partisipasi pria dalam pemilihan dan penggunaan kontrasepsi juga menjadi krusial. Diskusi terbuka antara pasangan mengenai kebutuhan masing-masing sebelum memutuskan kontrasepsi sangat penting, sehingga dapat mencapai keseimbangan tanggung jawab antara kedua gender dalam aspek kesehatan reproduksi.
Pentingnya meningkatkan kesadaran dan kontribusi pria dalam program keluarga berencana juga tidak bisa diabaikan, agar tercipta keseimbangan yang sehat antara keterlibatan pria dan wanita dalam menjaga kesehatan reproduksi. Menempatkan kesehatan reproduksi sebagai tanggung jawab bersama antara pria dan wanita akan membantu menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
