Suasana Ramadan pagi ini sangat syahdu. Langit tenang, udara sejuk, menenangkan hati. Momen ini tepat untuk merenungkan bagaimana cara kita mendekati Al-Qur’an dengan benar. Bukan hanya sekedar membaca, tetapi meresapi setiap ayatnya dengan penuh perasaan.
Di acara Bincang Literasi Pemuda #8 hari ini, Jumat, 14 Maret 2025, diskusi mengalir dengan santai namun penuh makna. Menarik perhatian adalah pembicara Mas Imam Nawawi, seorang pegiat tulisan inspiratif yang selalu memberikan perspektif yang relevan. Dia memberikan analogi menarik, “Menikmati Al-Qur’an mirip dengan menyeruput kopi panas.” Prosesnya tidak bisa terburu-buru seperti scroll cepat di Instagram, tetapi lambat, dengan kesadaran penuh.
Pada bulan Ramadan ini, kita semua diajak untuk melakukan reset pola pikir Qurani. Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca dengan cepat atau hanya sebagai target khatam 30 juz. Mas Imam menekankan pentingnya meresapi Al-Qur’an secara perlahan. Kitab suci ini diturunkan selama 23 tahun kepada Nabi Muhammad SAW, bukan sekaligus. Kita perlu meluangkan waktu untuk benar-benar terhubung dengan setiap makna yang terkandung di dalamnya.
Ramadan adalah momen yang tepat untuk merefleksikan diri, memperlambat langkah, dan menjadikan pola pikir Qurani sebagai mode default. Al-Qur’an membantu kita melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih bijak. Pesan yang disampaikan Mas Imam mengajak untuk menyalakan cahaya Al-Qur’an dalam diri, meng-upgrade jiwa, dan mengaplikasikan pelajaran yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.
Kini, saatnya kita merenung, membuka Al-Qur’an, dan meresapi setiap ayatnya dengan penuh perhatian. Proses menikmati Al-Qur’an bukanlah kompetisi, melainkan suatu perjalanan yang harus dinikmati. Saat kita benar-benar bersatu dengan Al-Qur’an, cara pandang kita terhadap masalah, pengaturan emosi, dan pengambilan keputusan akan berubah menjadi lebih tenang, bijak, dan terarah. Jadi, mari mulai kebiasaan baru untuk hidup bersama Al-Qur’an, bukan hanya sekedar membacanya.
Saat ini, di tengah suasana Ramadan yang adem, mari kita bersiap untuk membuka hati, mereset cara berpikir, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat yang selalu memberikan petunjuk. Jadi, apakah Anda sudah siap untuk menikmati secangkir “kopi” dengan Al-Qur’an?