PSSI, Komdis, dan Sebuah Hikmah Pelajaran yang Tak Kunjung Sampai
Saat ini, PSSI sedang dalam kebimbangan dan kebingungan, tanpa arah yang jelas. Komdis PSSI seakan kebingungan dalam mengambil langkah, hanya terlihat bengong mencari pembenaran mengapa tidak membahas sidang atau menjatuhkan hukuman terkait kasus sepakbola. Kasus antara PSS Sleman vs Madura FC telah menunjukkan tanda-tanda kekacauan, dengan beberapa terdakwa dan pelaku match fixing yang sudah bebas sebelum hukuman sepakbola ditegakkan. Ironisnya, hukuman bagi pelaku kejahatan ini belum juga diambil keputusan.
Sebuah perbandingan dengan kasus match fixing pada tahun 2019 menunjukkan betapa perbedaannya penanganan kasus saat itu dengan sekarang. Ketika tersangka dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa banyak proses rumit. Namun sekarang, kasus seperti PSS Sleman vs Madura FC telah melalui proses persidangan, namun Komdis PSSI masih belum memberikan keputusan setelah hampir 3 bulan berlalu. Apakah Komdis PSSI sedang menunggu apa yang harus dilakukan?
Bahkan, dalam kasus pungutan liar yang melibatkan wasit saja, Komdis PSSI butuh waktu hingga 8 bulan untuk mengambil keputusan. Belum lagi kasus hukuman seumur hidup dan degradasi. Ada tanda tanya sampai kapan Komdis PSSI akan menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Publik sepakbola menunggu penegakan disiplin dan keadilan dalam sepakbola Indonesia.
Hal ini menunjukkan pentingnya kerja cepat dan efisien dari Komdis PSSI, bukan hanya sekadar memberikan alasan dan pembenaran atas lambatnya pengambilan keputusan. Sebuah cerminan dari kinerja sebuah komite disiplin adalah kecepatan dalam menyelesaikan masalah dan keberanian dalam menjatuhkan hukuman yang sesuai. Semoga, pelajaran berharga bisa diambil dari kasus-kasus ini untuk memperbaiki sistem dan tata kelola sepakbola Indonesia ke depan.