Angkringan merupakan bagian penting dari kekayaan kuliner Indonesia yang disukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Salah satunya adalah Angkringan 66 di Jakarta Timur, yang menarik perhatian pekerja kantoran, mahasiswa, pekerja lepas, dan pengemudi ojek online dengan harga terjangkau dan suasana yang menyenangkan. Kebutuhan emosional dan pengalaman positif juga turut menjadi faktor penting dalam menarik pelanggan setia. Melalui analisis psikologi konsumen, terungkap bahwa Angkringan 66 bukan hanya tempat makan biasa, melainkan ruang sosial di mana orang dapat berkumpul tanpa memikirkan biaya yang dikeluarkan.
Dengan menyajikan hidangan tradisional seperti nasi kucing, sate, wedang uwuh, dan teh hangat, Angkringan 66 memberikan pengalaman kuliner yang autentik dengan harga terjangkau. Selain aspek harga dan aksesibilitas, motivasi hedonis juga berperan penting dalam menarik pelanggan. Suasana santai dan ramah diangkringan ini memberikan pengalaman emosional yang berbeda, di mana pelanggan merasa dihargai dan diterima serta bisa bersantai tanpa tekanan.
Meskipun tak luput dari tantangan seperti kebersihan dan kenyamanan, kepuasan emosional yang didapatkan pelanggan di Angkringan 66 lebih dominan daripada hal negatif yang muncul. Interaksi sosial antara pelanggan dan penjual yang hangat dan personal menciptakan ikatan emosional yang kuat, sehingga pelanggan merasa seperti berada di tengah keluarga besar setiap kali mengunjungi tempat tersebut.
Keberhasilan Angkringan 66 dalam menciptakan keseimbangan antara nilai utilitarian dan hedonis menjadi pelajaran berharga bagi pengusaha kuliner lainnya. Dengan memberikan pengalaman emosional yang bermakna dan koneksi sosial yang kuat, Angkringan 66 telah berhasil membangun loyalitas pelanggan yang tinggi. Strategi ini relevan dan dapat diadopsi oleh usaha kuliner lainnya sebagai upaya mempertahankan kesetiaan pelanggan di tengah persaingan yang ketat. Angkringan 66 menunjukkan bahwa kehangatan dan kesederhanaan dalam interaksi sosial dengan pelanggan bisa menjadi keunggulan tersendiri dan menjadikan tempat makan tradisional tetap relevan dalam budaya kuliner Indonesia.