Industri kendaraan listrik di Indonesia mengalami perkembangan pesat berkat dukungan kebijakan pemerintah untuk beralih ke energi bersih. Namun, peningkatan jumlah kendaraan listrik juga menimbulkan tantangan dalam pengelolaan baterai bekas yang dapat berdampak negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, upaya daur ulang baterai bekas menjadi solusi krusial untuk mengurangi dampak lingkungan dan memanfaatkan kembali bahan berharga seperti lithium, nikel, dan kobalt.
PT Arsa Kayana Recycle dan PT Swap Energi Indonesia (Swap) menjalin kerja sama dalam mengelola dan mendaur ulang baterai bekas kendaraan listrik. Nota kesepahaman ini diharapkan dapat menangani masalah limbah baterai yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. AKR sebagai perusahaan swasta pertama di Indonesia yang bergerak dalam daur ulang baterai bekas, telah menetapkan kapasitas produksi awal sebesar 3.000 ton per tahun untuk baterai LFP dan NCM.
Produksi dijadwalkan akan dimulai pada akhir 2025, dengan dukungan dari berbagai Agen Pemegang Merek (APM) motor dan mobil listrik. Hal ini sejalan dengan upaya mendukung industri hijau dan hilirisasi sesuai program pemerintah. Para pemangku kepentingan seperti Direktur Utama AKR, Muhammad Falah, serta Direktur Utama Swap, Irwan Tjahja, menyambut baik kerja sama ini sebagai langkah penting dalam mengelola baterai bekas secara bertanggung jawab.
Komitmen dari PT Arsa Kayana Recycle dan PT Swap Energi Indonesia menunjukkan kesadaran akan tantangan besar dalam mendaur ulang baterai kendaraan listrik. Meskipun tantangan itu ada, mereka melihat potensi besar dalam mengubah cara penanganan baterai EV yang sudah habis masa pakainya, dengan memastikan daur ulang yang bertanggung jawab dan efisien. Kerja sama ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam industri kendaraan listrik Indonesia dan sekaligus memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan dengan mengelola baterai bekas secara efektif.