26.2 C
Jakarta
Thursday, September 19, 2024

Penjualan Mobil Listrik Eropa Menurun, China Justru Melonjak

JAKARTA | JAKARTARAYA

Masalah anggaran pemerintah Jerman tiba-tiba menghantam sektor kendaraan listrik (EV) menjelang perayaan Natal tahun lalu. Berlin secara mendadak menghentikan skema subsidi mobil listrik yang dikenal sebagai “Umweltbonus” atau bonus lingkungan, di mana konsumen mendapat subsidi beberapa ribu euro jika membeli mobil listrik, sebagai bagian dari upaya penghematan anggaran. Beberapa bulan sebelumnya, skema subsidi untuk kendaraan perusahaan juga telah diakhiri, mencakup sekitar dua pertiga dari pasar mobil Jerman. Hal ini menjadi salah satu alasan utama penurunan penjualan mobil listrik baru di Jerman pada dua bulan terakhir tahun lalu.

Asosiasi Produsen Mobil Eropa melaporkan penjualan mobil listrik di Jerman turun 48% pada bulan Desember, sementara penjualan mobil listrik di Uni Eropa secara keseluruhan turun hingga 17%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Patrick Schaufuss, konsultan di McKinsey, penjualan mobil listrik di Eropa stagnan pada tahun 2023, terutama karena menurunnya penjualan kendaraan listrik hibrida (PHEV) yang disebabkan oleh kurangnya atau terbatasnya subsidi untuk PHEV serta minimnya model baru untuk teknologi transisi ini. Dia memprediksi situasi serupa akan terjadi pada tahun 2024, sementara peningkatan diharapkan terjadi pada tahun 2025 dan 2026 ketika model yang lebih terjangkau menjadi tersedia.

Mike Tyndall, kepala riset ekuitas otomotif Eropa di HSBC, menyatakan bahwa pertumbuhan mobil listrik di Eropa pada tahun 2023 secara keseluruhan sebenarnya “cukup kuat”, tetapi pertumbuhannya tidak sesuai harapan. Salah satu tantangannya adalah bahwa harga mobil listrik masih terlalu mahal. Produsen mobil di beberapa negara Eropa telah menawarkan diskon yang lebih tinggi untuk pembelian kendaraan listrik setelah subsidi di Jerman dihapus.

Hambatan utama dalam penetrasi mobil listrik ke pasar mobil Eropa adalah harganya yang masih tinggi dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar gas. Persepsi konsumen terhadap infrastruktur pengisian daya dan kinerja baterai mobil listrik juga masih menjadi masalah. Namun, Tyndall percaya bahwa kekhawatiran tersebut akan berangsur-angsur memudar seiring dengan peningkatan teknologi dan infrastruktur.

Untuk produsen mobil besar seperti Volkswagen (VW), taruhannya sangat besar dalam transisi ke mobil listrik. VW telah mengumumkan rencana investasi sebesar €180 miliar selama periode 2023 hingga 2027 untuk elektrifikasi dan digitalisasi. Perusahaan menargetkan 80% penjualannya di Eropa tahun 2030 berasal dari mobil listrik. Meskipun menghadapi tantangan pada tahun 2024, VW yakin mereka berada di jalur yang benar.

Pesaing baru dari Cina, seperti BYD, juga turut memperkuat persaingan di pasar mobil listrik Eropa. BYD telah mengalami lonjakan penjualan mobil listrik di pasar domestiknya, Cina, dan kini semakin menargetkan pasar Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun harga mobil listrik Cina bersaing, Tyndall menekankan bahwa keberhasilan BYD dan produsen mobil listrik Cina lainnya di Eropa tidak hanya bergantung pada harga murah, tetapi juga pada substansi dan merek.

VW menyambut baik persaingan dari produsen mobil listrik Cina dan menganggapnya sebagai tantangan yang serius. Perusahaan ini percaya bahwa para pesaingnya juga harus beradaptasi dengan kebutuhan pasar Eropa. Meskipun persaingan semakin ketat, VW optimis dalam menghadapi tantangan ini.(il/jr)

Penulis : il

Masalah anggaran pemerintah Jerman tiba-tiba menghantam sektor kendaraan listrik (EV) menjelang perayaan Natal tahun lalu. Berlin secara mendadak menghentikan skema subsidi mobil listrik yang dikenal sebagai “Umweltbonus” atau bonus lingkungan

Source link

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

berita terbaru