KTNA Nasional menegaskan bahwa peran BUMN memiliki dampak yang sangat penting bagi sektor pangan, terutama dalam hal penyediaan pupuk. Oleh karena itu, usulan untuk mengubah status BUMN menjadi koperasi dianggap tidak sesuai.
“Peran BUMN sangat berarti dalam mendukung aktivitas kelompok tani, terutama dalam hal pupuk, benih, dan pestisida,” ujar Ketua Umum KTNA Nasional, Yadi Sofyan Noor, dalam pernyataannya di Jakarta pada hari Jumat (9/2/2024).
Dia menekankan perlunya kajian ulang terhadap usulan tersebut, karena diyakini bahwa perubahan status BUMN menjadi koperasi akan berdampak pada peran dan kontribusi BUMN terhadap sektor pertanian.
“Dampaknya bagi petani tentunya sangat merugikan dengan memulai satu sistem baru yang belum teruji,” kata Sofyan, dikutip dari Antara.
Sofyan menambahkan bahwa BUMN dapat menjadi katalisator bagi koperasi. Hal ini merupakan wujud nyata meningkatkan peran BUMN dan koperasi dalam memajukan pangan nasional.
“Menurut saya bukan dibubarkan. Justru BUMN bisa memperbesar perannya untuk membina dan membesarkan koperasi. Jadi, program-program BUMN bisa melibatkan dan mengajak koperasi,” kata Sofyan.
Rencana untuk mengubah BUMN menjadi koperasi telah menjadi topik pembicaraan dalam beberapa waktu terakhir dan memicu beragam tanggapan dari berbagai kalangan. Usulan ini dikabarkan berasal dari tokoh independen yang ikut serta dalam diskusi yang diadakan oleh tim pemenangan salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa wacana pembubaran BUMN atau perusahaan milik negara hanya akan menghasilkan lebih banyak pengangguran di Indonesia, mengingat jumlah pegawai BUMN yang mencapai 1,6 juta orang.
“Sangat ironis untuk mempertimbangkan pandangan seperti itu. Jika BUMN dibubarkan dan digantikan dengan koperasi, itu sama saja dengan menciptakan lebih banyak pengangguran pada saat yang sama ketika banyak orang membutuhkan pekerjaan,” katanya dalam pernyataan tertulis.
Ia juga menyampaikan bahwa para pegawai BUMN telah membuktikan diri sebagai agen perubahan dalam pembangunan ekonomi Indonesia, yang saat ini pertumbuhannya mencapai 5 persen.
Erick Thohir menambahkan bahwa seluruh perusahaan milik negara telah menghasilkan dividen terbesar dalam sejarah Indonesia pada tahun 2023, yaitu sebesar Rp82,1 triliun, sehingga keuntungan dari BUMN telah menjadi landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi di negara ini.
https://www.suara.com/bisnis/2024/02/10/103400/bumn-terlalu-berharga-untuk-diubah-jadi-koperasi